Jai Ho



JAI   HO

Pada awalnya saya sama sekali tidak tertarik dengan JAI HO, tapi ternyata…

Apaan sih JAI HO…kaya judul lagu jadul aja…sepertinya nggak banget dan norak…Begitulah pemikiran awal saya tentang JAI HO.

Tapi… ternyata saya salah 360°

JAIHO? Ya…Jaiho adalah suatu judul film yang benar-benar membuat hati saya bergetar. Jai Ho juga adalah tokoh film, yang merepresentasikan “wong cilik” yang berjuang di jalan berbeda untuk sebuah perubahan. Tokoh yang rela kehilangan jabatan prestisiusnya demi menyelamatkan anak-anak tak berdosa yang menjadi sandera teroris, kira-kira begitu cerita singkatnya. Ya meskipun JAI HO hanya tokoh di panggung sandiwara namun saya sangat sangat bahagia berkesempatan mengenal seorang JAI HO dengan karakternya yang sangat wow meskipun agak over dramatic penokohannya hehe… Ada ya orang seperti itu di dunia ini? Hmmm…sangking dramatisnya film ini, di akhir cerita… air mata saya pun meluncur deras tanpa diminta. Sumpah saya nggak bohong :D Entah ceritanya yang terlalu menyentuh atau memang ceritanya yang hampir sama dengan keadaan yang sering saya temui dan lihat di kehidupan nyata. Saya pun kurang tahu…heheee.

Ya… sekarang sudah tahun 2016, dunia semakin modern dan penuh dengan segala pengaruh. Hati nurani tak jarang terbeli oleh uang maupun jabatan. Sebagian orang tak lagi peduli dengan yang lain sekalipun itu temannya sendiri.  “Persetan dengan yang lain, yang penting aku bahagia”. “Aku aku dan aku, saya saya dan saya” Ya… menyedihkan memang, tapi cobalah akui bahwa kenyataan kadang tak seindah cerita di negeri dongeng, iya kan? :)

Kembali ke JAI Ho…Mari ambil sisi sederhana-nya saja. Jai Ho… ya ia mengajarkan orang lain untuk saling membantu, membantu yang tidak merenggut kemerdekaan orang lain, dan membantu menyebarkan IDE untuk tidak perlu berterimakasih saat ada orang yang membantu, cukup ajak orang yang dibantu tersebut untuk membantu tiga orang lagi dan meminta ketiga orang tersebut untuk membantu tiga orang lagi, begitu seterusnya. Impiannya cukup rumit sih, ia berharap suatu saat dunia akan saling membantu dalam kebaikan. Begitulah ide  yang coba diangkat oleh seorang Jai Ho.

Ya… ide itulah yang paling saya kagumi dari film Jai Ho ini. Coba bayangkan dalam kasus-kasus paling sederhana berikut ini…jujur saja, apa yang akan anda lakukan saat anda naik bus dan kebetulan anda kebagian tempat duduk sedangkan ada nenek tua maupun ibu hamil yang berdiri, ya… apa yang anda lakukan? Mungkin ada yang memilih untuk pura-pura tidak melihat dan menikmati nyamannya kursi bus. Persetan dengan yang lain, yang penting aku bahagia sekalipun anda adalah seorang laki-laki bertubuh sehat dan bugar. Menyedihkan. Tapi itulah kenyataan. Namun, pasti ada juga yang akan dengan senang hati berdiri dan berkata “Silakan duduk, Mbak” atau “Silakan duduk, Nek”sambil melempar sebuah senyuman seperti yang sering diajarkan dalam pelajaran PPKN saat di SD. Menarik sekali bukan? Sama-sama manusia, sama-sama makan nasi, dan sama-sama masih bisa merasa, melihat dan mendengar namun tindakannya bisa sangat jauh berbeda. Ya itulah kehidupan. Kehidupan nyata memang tak seindah negeri dongeng, bukan?

Oiya… saya mau tanya lagi, kira-kira apa yang akan anda lakukan ketika anda sedang duduk di sebuah tempat asing yang tak biasa, mengobrol dengan kolega anda untuk sebuah projek yang membutuhkan suatu kesepakatan, kemudian tiba-tiba ada alat penjemur pakaian yang penuh dengan pakaian terjatuh ke tanah sedangkan rumah si pemilik terkunci rapat entah ada di rumah atau tidak. Mungkin ada yang akan pura-pura tidak melihat dan asyik mengobrol. Persetan dengan yang lain, yang penting urusanku selesai. Ya begitulah kira-kira. Namun pasti ada yang lebih memilih untuk mengajak teman ngobrolnya untuk membenahi tempat jemuran tersebut dan mengembalikan pakaian-pakaian tersebut ke tempat semula.

Dari kedua kasus tersebut, coba bayangkan jika sesaat setelahnya bus mengerem mendadak dan ibu hamil tersebut jatuh dan bisa saja ia keguguran kalau anda tidak merelakan tempat duduk anda yang nyaman itu untuk si ibu. Atau… katakanlah ternyata rumah yang tertutup itu ternyata adalah rumah kolega yang coba anda deal-kan? Kira-kira apa yang akan terjadi? Bisa ditebak bukan? Hal sepele memang. Ya… mungkin itu adalah hal-hal sepele, jika anda menganggapnya sepele. Namun, akan menjadi sesuatu yang sangat super, jika suatu saat anda tahu bahwa anda telah menyelamatkan seseorang lewat hal-hal sepele tersebut.  :)

Soal topik lain yang di angkat di film JAI HO ini, saya tidak akan membahasnya disini karena terlalu sensitive untuk diangkat ke permukaan…hehe. Silakan anda tonton sendiri filmnya jika mau. Hidup memang sebuah pilihan, setiap orang punya alasan tersendiri mengapa mereka melakukan sesuatu. Jujur, saya pun merasa sangat malu melihat film JAI HO ini, malu terhadap diri sendiri yang kadang tidak peduli dengan lingkungan maupun orang lain yang mungkin memerlukan uluran tangan saya. Malu karena kadang enggan membantu walaupun seharusnya saya bisa membantu.

Mungkin hal ini juga bisa jadi tamparan bagi kita semua yang masih memiliki akal, tentang bagaimana tetap menjadi orang yang baik, sekalipun itu hanya pura-pura atau istilah kerennya bersandiwara.

Tak apa, karena kepura-puraan atau sandiwara kita nantinya akan menjadi pembiasaan.

Tak apa, cukup kenakan topeng yang tepat. Karena saya sangat yakin, setiap orang pasti memakai topeng entah itu diakui atau tidak.

Tak apa, paling tidak anda bisa berpura-pura menjadi orang yang lebih baik dengan memakai topeng tersebut. :)

Setidaknya, terlihat baik di depan semua orang lebih asik daripada terlihat jahat… ya…itulah manusia… :) OK I confess it, FOR SURE! :D

Sungguh saya tidak ingin sok-sokan dengan menulis hal ini. Saya juga tidak hendak melukai siapa-siapa, saya hanya sedang ingin menumpahkan pemikiran saya lewat sebuah tulisan, boleh kan? Saya pun tidak memaksa anda membaca tulisan saya ini. Jadi jangan merasa tersinggung atau melaporkan tulisan saya ini karena anda menganggap tulisan ini menyinggung anda dan melanggar UU ITE karena anda ke GR-an bahwa tulisan ini adalaha sindiran :) Ini bukan sindiran atau satire..sekali lagi saya tekankan bahwa saya tidak hendak melukai siapa-siapa, saya hanya sedang ingin menumpahkan pemikiran saya lewat sebuah tulisan, itu saja. Sekian dan terimakasih.

JAI HO, terimakasih telah menampar saya… jangan lupa tampar saya lagi lain kali. :)

-I almost tolerate everything except betrayal-
-Be responsible of everything related to yourself-



Gunungkidul, 9 January 2016

***
Ilustrasi: pinterest.com

Komentar

Postingan Populer