Melihat Dari Perspektif Berbeda



Melihat Dari Perspektif Berbeda 


Entah mengapa, dalam perspektif pribadi saya, bekerja itu sama dengan mengarungi bahtera rumah tangga (Cieileh emang udah mengarungi?) haha...

Akan ada banyak rintangan dan hambatan yang kita temui selama menjalaninya. Perlu kesetiaan, saling menerima, memahami kekurangan satu sama lain, menghargai, menghormati, mempercayai, mendukung, mengingatkan, mendoakan dan saling bekerjasama untuk meraih masa depan yang lebih cerah di kemudian hari. Kira-kira seperti itu.

Nah...di paragraf ketiga ini saya akan memulai suatu pertanyaan:

Sebenarnya apa sih yang membuat seseorang betah dalam pekerjaannya?

1. Kenyamanan
Tak bisa dipungkiri bahwa kenyamanan merupakan faktor utama betah atau tidaknya kita dalam bekerja. Nyaman dengan teman-teman, atasan, lingkungan, suasana dan nyaman dengan sistem kerjanya.

Ketika ada satu atau beberapa faktor kenyamanan yg tidak didapatkan maka bekerja akan sangat menyiksa, ingin cepet-cepet pulang, ingin resign. Kira-kira seperti itulah yang akan terjadi.

Bukankah duduk di depan komputer seharian, ditemani ac itu tidak indah bagi semua orang? Mungkin saja ada yang jiwanya nyaman ketika ia bebas dan liar, ingin berpetualang dari satu tempat ke tempat lainnya. Semua tergantung masing-masing individu.

2. Kecocokan dan Passion
Kecocokan mau tak mau juga ikut andil dalam hubungan seseorang dan pekerjaan itu sendiri. Jika apa yang diharapkan tidak cocok dengan apa yang ia dapatkan dalam pekerjaan, maka kebanyakan akan memilih menyerah dan pergi. 

Passion juga tak kalah influential. Ada orang yang sudah nyaman dg apa yang dijalaninya karena sudah sesuai dengan passionnya namun ada juga yang merasa bahwa apa yang dijalaninya sama sekali bukan passionnya banget. Dan disinilah semua kemungkinan bisa terjadi.

3. Rasa Dianggap
Sebagai makhluk sosial, seintrovert dan secuek-bebeknya seseorang, mereka tetaplah makhluk sosial yang memerlukan penganggapan. Ketika ada diskusi, project baru atau sekedar sharing soal ide, tiap tiap orang pasti ingin berkontribusi sekalipun hanya menjadi penyimak saja. Setidaknya dengan seperti itu mereka merasa kasat mata dan dianggap ada dalam sebuah tim.

Jangan sampai hadir dan tidak hadirnya seorang anggota tidak ada bedanya 'Ga ada aku gapapa kok... toh perusahaan masih bisa jalan tanpa aku, aku mah apa atuh' nah jangan sampai ada pemikiran seperti itu.

Gini lho...perlu siklus panjang dalam pembentukan tim, mulai dari rekrutmen sampai akhirnya anggota tim tsb mendapatkan posisi ideal, dan menguasai materi serta skill yang dibutuhkan perusahaan. Jadi mempertahankan karyawan yang sudah dimiliki tentunya bukan hal yang memalukan jika satu sama lainnya masih memiliki keinginan untuk berjalan bersama-sama.

Buat yang kontra, OK...bisa saja perusahaan melakukan rekrutmen baru ketika si karyawan hengkang tapi menurut saya, perusahaan yang baik harus meminimalisir hal ini agar timnya semakin solid.

Gonta-ganti karyawan/tim ini nggak kece juga lho. Perusahaan harus melakukan rekrutmen untuk 'posisi yg sama' lagi. Menurut saya itu sangat exhausting, menyita waktu, tenaga, pikiran dan tentunya biaya. Belum lagi perusahaan harus mengajari dari awal, melakukan penyesuaian lagi dan yaa... you know lah what will happen. Ketika mereka memutuskan untuk hengkang lagi, siklus yang sama akan terulang.

Kebayang nggak tuh wasting timenya! :D Makannya tak sedikit ada perusahaan yang cukup kejam dengan memberlakukan kontrak kerja dalan kurun waktu tertentu dan jika ada karyawan yg hengkang sebelum kontrak selesai, mereka akan kena denda ganti rugi yang ga sedikit jumlahnya. Tapi ada juga perusahaan yang legowo dan menyerahkan keputusan kepada si karyawan. Setelah masa training berakhir, dengan elegan perusahaan memberikan opsi apakah masih mau stay atau quit. Bijak sekali bukan, menurut saya, perusahaan seperti ini adalah perusahaan yang cukup berani dan cerdas. Kenapa?

Begini guys. Orang yang udah nggak cinta, nggak nyaman dan nggak sepenuh hati dalam bekerja itu kinerjanya bakal nggak maksimal (meskipun nggak semuanya sih). Yang tadinya jika diukur dg angka, kinerjanya bisa sampai di angka 90% bisa turun drastis jadi 50%. Yang tadinya fine-fine saja ketika ada overtime jadi pengen cepet-cepet pulang kerja.. ini yang berbahaya. Perusahaan bakal merugi dan karyawan pun bakal tertekan karena merasa terpaksa menjalani pekerjaan yang sudah tak disukai. Mungkin hal inilah yang menjadi pertimbangan perusahaan No. 2. Dan saya rasa, perusahaan No. 2 memilih win-win solution yg cukup baik.

3. Kesejahteraan
Dalam hal ini, kesejahteraan yg dimaksud tak melulu soal gaji, meskipun iya gaji menjadi tolok ukur utama soal kesejahteraan ini. Tapi teryata perspektif tentang kesejahteraan juga melingkupi jam kerja, fasilitas, keakraban, kekeluargaan dan kebahagiaan.

Darimana saya mendapatkan pemikiran semacam itu? Entahlah, itu mengalir saja dari jari-jari saya ini. Hehe...

Eumm...mari kita beranjak ke perspektif dari sudut perusahaan.
Gini ya guys... diluaran sana masih banyak orang yang lebih bertalenta, pandai, pintar, cerdas, santun dan juga multitasking, ga banyak nuntut ini itu dibanding kamu (ga nunjuk orang) yang sudah masuk di sebuah perusahaan tapi kurang bersyukur dengan apa yang sudah dimiliki.

Diluaran sana juga masih banyak orang yang pontang-panting cari kerja tapi ga dapet-dapet. Masih ada yang harus bekerja bertaruh nyawa demi menghidupi diri dan keluarganya, tapi kamu (tidak menunjuk orang) lah yang beruntung duduk di tempat dimana kamu bekerja saat ini. Ditempat yang nyaman dan menyenangkan bagi orang-orang yang melihat ke arahmu. Hal ini bisa terjadi karena beberapa faktor. Bisa faktor luck, takdir, jodoh atau suatu anugerah.

Tahu nggak , bisa saja perusahaan menerima kita bekerja karena ingin membantu kita yg tadinya jobless, merangkul kita untuk belajar dari awal dan bersama membangun serta membesarkan perusahaan bersama-sama. Ya kamulah yg terpilih karena faktor-faktor tersebut.

Atau bisa jadi, perusahaan memang menerimamu karena karakter dan mentalmu memang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh Perusahaan. We never know ya :D

Dan...percaya atau tidak, ketika perusahaan ditinggal oleh karyawan mungkin awalnya perusahaan akan sedikit panik karena posisi yang ditinggal karyawan tersebut bakal kosong tapi believe or not. Ga butuh waktu lama untuk mencari pengganti baru guys.

Bermodal iklan rekrutmen kerja dan proses seleksi besar-besaran, lulusan terbaik dari berbagai universitas akan berbondong-bondong memperebutkan posisi yang kamu tinggalkan. Mereka bisa saja lebih berwawasan dan bertalenta dari kamu (karyawan yang pergi tsb). Dg sedikit training dan challenge Boom! Abracadabra! Jadilah karyawan-karyawan baru yg melesat ikut berkontribusi terhadap perusahaan.


***
Ilustrasi: pinterest.com

Komentar

Postingan Populer