Perahu Kertas Si Iyam
Perahu Kertas Si Iyam
Waktu itu, bertahun-tahun silam yang lalu, saat gemericih air hujan telah berhasil dengan sempurna membasahi tanah, aku tengah asik dengan mahakaryaku, dua kapal kertas yang susah payah kutekuni sejak rintikan pertama.
Pukul tiga. Ya...langkah kecil diikuti senyum simpul membangga, membawaku menemui Mamak yang tengah sibuk mengupasi kulit jagung untuk kemudian di 'pipil' satu per satu.
Mamak seakan tahu apa yg ada di pikiranku.
"Oleh...ning alon-alon soale lunyu...gluduge yo gedhe lho, Yam"
Aku pun kegirangan...
Tanpa pikir panjang aku menuju beranda depan rumah.
Surga! Pikirku.
Aliran air dengan semburat kecokelatan benar menjelma laksana sungai amazon dalam imajiku.
Aku menurunkan armada pertamaku, si nomor satu, dari ujung muara aliran air.
Dengan gagah, ia mengarungi aliran yg kian bergelombang karena sesekali aku menepukkan tangan ke air.
Aku kembali tersenyum simpul.
"Hebat kau nomor satu! Gelombang buatanku pun mampu kau terjang rupanya, yasudah akan aku berikan kau teman! Tunggu sini ya!" Gumamku lalu kembali ke muara untuk menurunkan armada selanjutnya, si nomor dua.
Si nomor dua juga tak kalah gagah, hanya hitungan detik ia berhasil menyusul si nomor satu.
Aku pun bahagia tiada terkira... ku antar mereka mengarungi aliran air hingga menepi karena batu di pojokan. Sesimpel itu endingnya. Tapi bahagianya sampai bisa dibikin cerita dan dikenang sampai tua.
Ya...entah mengapa hujan selalu berhasil membuat cerita dan memori istimewa di masa kecilku.
Aku, pengagum hujan.
***
Ilustrasi: https://alk3r.wordpress.com/2016/12/06/lyrical-black-white-watercolor-illustrations/
Komentar
Posting Komentar